OLEH: NUR MURSIDI
Suatu hari, secara kebetulan, Khalifah Umar bin Khattab melihat seorang pemuda yang sedang berjalan seperti orang yang sedang sakit. Umar kemudian mendekati pemuda itu, dan bertanya, "Apakah engkau sedang sakit?"
"Tidak," jawab anak muda itu. Setelah mendengar jawaban itu, Umar mengambil cambuk dan memukul pemuda itu. Lantas, Umar memerintahkan anak muda itu untuk berjalan dengan tegap.
Kisah di atas menandakan dengan jelas, bahwa Umar dilanda marah saat melihat pemuda berjalan dengan lemah gemulai atau loyo.
Lalu, bagaimanakah cara berjalan yang diajarkan Rasulullah saw?
- Berjalan dengan Tegar
Dari teks hadist di atas dapat diketahui bahwa Rasulullah berjalan dengan tegap, tidak loyo. Juga, tidak seperti berjalannya perempuan atau orang yang sedang sakit. Tatkala berjalan, Rasulullah saw mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi karena Rasul berjalan secara tegap. Dengan kondisi itu, Rasul seakan-akan berjalan dengan bertumpu pada pangkal telapak kakinya.
Meski berjalan dengan tegar atau tegap, tapi cara berjalan Rasulullah tak angkuh atau sombong. Saat berjalan, Nabi tetap bersikap tawadhu'. Itu karena telah ditegaskan di dalam al-Qur'an, "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (QS. al-Israa:37)
Dalam ayat yang lain juga disebutkan, "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS Lukman:18)
Jadi ketika berjalan, Rasulullah tidak menyombongkan diri. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Shufyan bin Waki' diceritakan, "Bila Nabi saw berjalan, maka ia berjalan dengan merunduk seakan-akan jalanan menurun."
- Tak Menoleh ke Belakang
Di balik semua itu, tentu ada hikmahnya. Dengan berjalan tegar dan tak menoleh ke belakang, maka seseorang akan melihat depan dengan lebih fokus. Sebab ketika berjalan seraya menoleh ke belakang bisa membuat seseorang tersandung, tertubruk atau bahkan bisa-bisa tergelincir kemudian jatuh.
Karena itulah, tidak ada alasan jika ingin mengikuti sunnah Nabi, maka berjalanlah sebagaimana cara Nabi berjalan.